Kamis, 09 Februari 2012

Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani Φιλοσοφία philosophia, yang berarti love of wisdom atau mencintai kebenaran. Empat hal yang melahirkan filsafat yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya dan ke-raguan. Ketakjuban terhadap segala sesuatu (terlihat/tidak) dan dapat diamati (de-ngan mata dan akal budi) serta ketidakpuasan akan penjelasan berdasarkan mitos membuat manusia mencari penjelasan yang lebih meyakinkan dan berpikir rasio-nal. Hasrat bertanya membuat manusia terus mempertanyakan segalanya, tentang wujud sesuatu serta dasar dan hakikatnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh penjelasan yang lebih pasti menunjukkan adanya keraguan (ketidakpastian) dan kebingungan pada manusia yang bertanya. Ciri berpikir secara filsafati adalah radikal (berpikir tuntas, atau mendalam sampai ke akar masalah); sistematis (berfikir logis dan terarah, setahap demi setahap); dan universal (berpikir umum dan menyeluruh, tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi melihat masalah secara utuh) dan ranah makna (memikirkan makna terdalam berupa nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan). Dalam filsafat, digunakan nalar dan pernyataan-pernyataan untuk mene-mukan kebenaran dan pengetahuan akan fakta. Ketika menyelesaikan masalah se-cara falsafah, seseorang tidak harus merujuk pada sumber lain tapi hendaknya bisa menjawab masalah yang dipikirkannya menggunakan akal budinya, dengan pikiran yang bebas. Jika seseorang berfikir sangat dalam ketika menghadapi suatu masalah dalam hubungannya dengan kebenaran, maka orang itu dapat dikatakan telah berpikir secara filsafati dan kajian yang tersusun oleh pemikirannya itu disebut falsafah. Objek material dari suatu kajian filsafat adalah segala yang ada mencakup apa yang tampak (dunia empiris) dan apa yang tidak tampak (dunia metafisik) sementara objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada (objek material).
Suatu masalah akan menjadi masalah falsafah jika masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan kaidah pengamatan atau kaidah sains. Masalah falsafah biasanya melibatkan masalah tentang konsep, ideologi, dan masalah-masalah lain yang bersifat abstrak, contohnya apakah kebenaran? Apakah ilmu pengetahuan? Berpikir filsafati biasanya bertujuan untuk mencari jawaban atas masalah yang sifatnya baik dan bisa memajukan umat manusia. Sains berarti ilmu, yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan bersifat kohe-ren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Jika ilmu terbatas hanya pada persoalan empiris, maka filsafat mencakup masalah diluar empiris. Secara historis, ilmu berasal dari kajian filsafat karena pada awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada secara sistematis, rasional dan logis. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Perkembangan kajian terkait dengan masalah empiris menimbulkan spesi-alisasi keilmuan dan menghasilkan kegunaan praktis. Sehingga, filsafat sains me-rupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai kerangka dasar/landasan berpikir bagi proses keilmuan. Seorang ilmuwan yang mampu berfikir filsafati, diharapkan bisa mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga bisa memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang dikembang-kannya, termasuk manfaatnya bagi pengembangan masyarakatnya



1.      Ada persamaan, perbedaan dan titik singgung antara ilmu, filsafat dan agama yaitu
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepadaTuhan. Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,  Dewadan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
·         menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
·         menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Sedangkan filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan, dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup. Jadi, ilsafat memiliki karakteristik. spekulatif, radikal,sistematis,komprehensif,danuniversal.
Beberapa persoalan yang dibahas dalam filsafat, yaitu :
1. Metafisika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di belakang dunia fenomena, membahas ontologi, teologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi ialah cabang filsafat yang membahas atau mengkaji asal, struktur, metode, serta keabsahanpengetahuan.
3. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai, yaitu etika dan estetika.
Kata pendidikan berasal dari kata didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam kata dan  usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.:
“Pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.”
Ilmu berbeda dengan pebgetahuan, pengetahuan proses beripir manusia bisa didapat dari pengalamannya saja sedangkan ilmu menurut saya didapat dari fenomena kejadiaan atau gejala yang ditangkap oleh indera manusia melalui konsep selanjutnya variabel, propesisi, fakta selanjutnya lahirlah teori berulang dari teori maka terjadinyalah suatu ilmu  Sumber ilmu QS. AL-Alaq yang artinya bacalah kita disuruh untuk mencari ilmu yang ada didunia ini untuk dikembangn dan difungsikan dengan baik sehingga persamaan dari ilmu, filsafat dan agama ialah sama-sama mencari kebenaran, sedangkan perbedaanya yang mendasar yaitu
memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,  Dewadan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Sedangakan titik singgung antara ilmu, agama dan filsafat adalah Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup. Jadi, ilsafat memiliki karakteristik. spekulatif, radikal,sistematis,komprehensif,danuniversal.
2.      Menurut saya Kebenaran suatu hasil penalaran yang dicapai melalui pendekatan logikal, statisikal dan matematikal yaitu Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika sebagai ilmu pengetahuan. Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika sebagai cabang filsafat Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.Sedangkan kebenaran melalui pndekatan statistikal yaitu  Statistika memberikan alat analisis data bagi berbagai bidang ilmu. Kegunaannya bermacam-macam: mempelajari keragaman akibat pengukuran, mengendalikan proses, merumuskan informasi dari data, dan membantu pengambilan keputusan berdasarkan data. Statistika, karena sifatnya yang objektif, sering kali merupakan satu-satunya alat yang bisa diandalkan untuk keperlSebagaimana telah kita ketahui, Matematika Realistik menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda konkrit sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika. kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya diberitahukan oleh tuhan langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besar.ewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan hak beragama menurut keyakinan.
Apakah kebenaran itu
Kebenaran, menurut Poedjawiyatna dalam bukunya Etika Filsafat Tingkah Laku, merupakan cita-cita orang yang tahu. Sudah tentu dalam hal ini kebenaran tersebut adalah kebenaran logis. Bagaimana sulitnya mencapai kebenaran logis itu, tetapi benar-benar diusahakan orang. Tidak ada seorangpun yang suka kekeliruan. Ini nyata dalam usaha ilmu untuk mencapai kebenaran.orang tidak memperhitungkan susah payah dan biaya, tujuannya ialah kebenarannya.
Persesuaian antara putusan dengan keyakinan disebut kebenaran etis. Dalam bidang logika, kebenaran adalah persesuaian antara yang mengetahui dan objek yang diketahui. (Cita-cita manusia adalah kebenaran logis yang benar). Kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif, sedangkan kebenaran etis disebut juga kebenaran subjektif.
Jika tidak ada persesuaian antara putusan dan objeknya yang diketahui, maka ada dua kemungkinan
Kebenaran yang subjektif pendekatan logikal yang dapt diterima oleh logika serta statistikal ilmu yang bersifat otonom logika juga mrupakan kebenaran yang dapat diterima karena setiap bahasa, matematika, statistika berpikirnya logika matenatika penalarang yang diberiakan bersipat pasti melalui persfektif angka.


3.      Menurut saya ketiga komponen bagi eksistensi ilmu yaitu: epistemologi, aksiologi dan ontologi  penjelasan serta keterkaitannya yaitu: ontologi itu mengenai sesuatu yang ada pertannyaan yang lebh sering muncul adalah what apa, sedangkan epistimologi bagaimana cara mendapatkan ilmu  aksiologi itu sendiri untuk apa Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
  • Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
  • Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
  • Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
  • Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
Contoh yang dapat menjelaskan mengenai ketiga komponen tersebut sehingga terlihatlah keterkaitan pembangunan ilmu dan pengetahuan.
·         Aspek Ontologi Geografi meliputi :
·         a)       Konsep Geografi, secara etimologi berarti ilmu bumi, secara terminologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.
·         b)       Ruang lingkup Geografi adalah aspek alam dan aspek kemanusiaan.
·         c)       Obyek studi, berupa obyek material adalah geosfer meliputi atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer, sedangkan obyek formal berupa analisis keruangan, ekologi dan kewilayahan.
·         d)       Konsep geografi meliputi konsep : lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, geomorfologi, aglomerasi, perbedaan wilayah, nilai kegunaan, interaksi dan keterkaitan keruangan.
·         Jadi bagian ini mencoba menafsirkan alam sebagaimana adanya serta dapat dikembangkan secara realitas yang lebih dalam lagi dan tidak berhenti pada dimensi waktu.

Aspek epistemologi dari Geografi adalah :
·         Pada dasarnya Geografi mempelajari Geosfer yang terdiri dari lapisan : atmosfer, hidrosfer, biosfer, lithosfer dan antroposfer di bumi. Kelima lapisan diatas, masing-masing membahas dan mempelajari tentang arti, jenis, metode/cara, pembagian berdasarkan faktor tertentu, struktur, unsur, hukum, dalil dan terapan. Dan tujuan epistemologi untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana rangkaian gunung api terbentuk terjawab pada bagian ini, secara sistematis, empiris dan dapat diuji kebenarannya.

Aspek Aksiologi dari geografi adalah :
·         Setiap lapisan yang dipelajari dalam geografi baik atmosfer. Hidrosfer, biosfer, lithosfer maupun antroposfer selalu mengandung hakekat nilai/manfaat, meliputi :
·         a)       Subjektivisme (kegunaannya bagi manusia). Contoh : Seorang geograf ingin menjadikan suatu wilayah tertentu untuk dijadikan sebagai daerah pemukiman, maka terlebih dahulu mengkaji tentang jenis tanah, morfologi, aksesibilitas, kondisi air tanah dan kondisi sosial pada suatu wilayah tertentu.
·         b)     Obyektifisme logis (hasil percobaan, pengukuran, bersifat empiris). Contoh : melihat letak geografis indonesia yang dilalui oleh jalur sirkum mediteran, seberapa tinggi tingkat kerawanan bencana alam letusan gunung api di Indonesia, dll.
·         c)       Jenis nilai etika dan estetika, misalnya jika tidak beretika dalam menggunakan wilayah maka bisa saja terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dll.
, 4 ,. Menurut saya kebenran dapat diklasifikasikan sebagai kebenaran empiris, kebenaran logis, kebanaran etis, dan kebenaran trasedental contoh bidang spesifik yang saya minati yaitu geografi.   kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya.  Kebenaran empiris didat dari apa yang ia alami, sedangkan kebenaran etis itu baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain kebenaran trasedental itu sendiri lebih kepada seni.Oleh karenanya ini disebut pula kebenaran empiris, karena kebenaran suatu pernyataan, proposisi atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori itu didukung oleh fakta atau tidak. Contohnya “ bumi ini bulat” adalah suatu pernyataan benar, karena dalam kenyataannya pernyataan ini didukung sesuai dengan kenyataan.
Kebenaran terjadi pada pengetahuan. Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pernyataan itu. Intinya realitas adalah hal yang pokok dari kegiatan ilmiah. Ada tiga hal pokok yang perlu digarisbawahi dalam teori ini. Pertama, teori ini sangat menekankan aliran empirisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Kedua, teori ini juga cenderung menegaskan dualitas antara subyek dan obyek, antara sipengenal dan yang dikenal. Bagi teori ini yang paling berperan bagi kebenaran pengetahuan manusia adalah obyek. Subyek atau akal budi manusia hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh obyek. Ketiga, konsekuensi dari hal di atas teori ini sangat menekankan bukti (eviden) bagi kebenaran suatu pengetahuan. Tetapi bukti ini bukan diberikan secara apriori oleh akal budi, bukan pula hasil imajinasi, tetapi apa yang diberikan dan disodorkan oleh obyek yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Jadi pengamatan atau penangkapan fenomena yang ada menjadi penentu dalam teori ini.
4.      Filsafat yunani kuno dijadikan sebagai panglakal filsafat pemikiran barat mencoba tentangasal muasal alam mitos, setelah adanya mitologik dari thales sejak abad 5 SM  pemikiran filsafat beralih kepada kemammpuan berpikirnya. Menurut saya filsafat yunani kuno bisa terpecah-pecah karena  Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM, filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
  • Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
  • Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
  • Air jugalah uap
  • Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisiyang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme
6 Menurut saya dibutuhkan bidang ilmu yang dapat  mnjebatani serta mewadahi perbedaan yang muncul penjelasannya yaitu  Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukan oleh Immanuel Kant dan Francis Bacon mengatakan suatu bidang ilmu dapat menjembatani serta mewadahi perbedaaan yang muncul dalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan  filsafat walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang  filsafat.
.